Kumpulan Materi dan Artikel Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Monday, October 26, 2015
Contoh Makalah tentang Imunisasi di Indonesia
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat untuk setiap orang agar meningkatnya darajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasar pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata serta memiliki manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, berusia tua (lansia), dan keluarga miskin. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang saat ini sedang giat melakukan pembangunan disegala bidang kesehatan. Seperti yang tertulis dalam Pemikiran Dasar Sistem Kesehatan Nasional, bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada hakekatnya adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh masyarakat untuk mencapai kemampuan untuk hidup sehat untuk setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. (Depkes RI, 2008).
Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan millennium atau Millennium Development Goals (MDGs) nomor 4 (empat), yaitu menurunkan angka kematian ibu dan anak sampai dua-pertiganya pada tahun 2015. Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak adalah upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya kelangsungan hidup, perkembangan dan peningkatan kuaalitas anak berperan penting sejak masa dini kehidupan, yaitu masa dalam kandungan, bayi dan anak balita. (Renstra Kementerian Kesehatan, 2010).
Kelangsungan hidup anak itu sendiri dapat diartikan bahwa anak, hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasar pancasila dan undang-undang dasar 1945. Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini adalah suatu fenomena yang memiliki pengaruh besar pada keberhasilan pembangunan kesehatan. Berdasarkan laporan Analisis Uji Coba di Indonesia pada tahun 2005-2006 yang disusun oleh WHO (World Health Organization) yang bekerja sama dengan Deperteman Kesehatan Republik Indonesia, tetanus masih merupakam penyebab utama kematian dan kesakitan maternal dan neonatal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang lebih tinggi dibandingkan Negara maju.
Di Indonesia 9,8% (18.032) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian sebab cakupan imunisasi Tetanus Toksoid yang rendah. (Depkes RI-WHO, 2010). Imunisasi dilakukan dengan maksud untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas yang adalah salah satu program dari Puskesmas. Bila ibu hamil tidak mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) dapat menyebabkan bayi rentan pada penyakit Tetanus Neonatorium. Pada saat ibu memeriksakan kehamilan, ibu hamil diberikan suntikan imunisasi Tetanus Toksoid. Pemberian vaksin tetanus toksoid melalui suntikan diperlukan untuk melindungi ibu dan bayi pada Tetanus Neonatorium. Sosialisasi imunisasi TT perlu dilakukan mengingat masih tidak sedikit ibu hamil yang belum mengetahui manfaat imunisasi TT untuk ibu itu sendiri dan bayi yang dikandungnya dan berapa kali pemberian imunisasi TT serta jarak antara pemberian imunisasi TT1 dan TT2.
Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan tahun 2014, cakupan imunisasi TT di Indonesia masih tergolong cukup rendah, ini dapat dilihat dengan jumlah ibu hamil sebanyak 5.290.235 yang melaksanakan TT1 sebanyak 1.239.173 (23,4%) dan untuk TT2 sebanyak 1.155.907 (21,8%). (Kemenkes RI, 2014). Provinsi Sumatera Utara berdasar hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk mencapai 12.985.075 jiwa, dengan jumlah penduduk perempuan 6.506.024 jiwa. Cakupan imunisasi Tetanus Toksoid tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 331.834, pencapaian imunisasi TT1 131.034 (39,6%) dan TT2 112.027 (33,8%). Pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 338.258 untuk TT1 38.689 (11.4%) dan TT2 35.548 (10,5%). (Dinkes Propsu, 2015).
Kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil untuk melaksanakan Imunisasi Tetanus Toksoid masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dengan rendahnya cakupan imunisasi Tetanus Toksoid. Kabupaten Mandailing Natal tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 12.500 orang dengan cakupan imunisasi TT1 538 (4,3%) dan TT2 1.522 (12,2%) dan pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebesar 16.407 dengan cakupan imunisasi TT1 318 (1,9%) dan TT2 274 (1,7%).
Untuk wilayah kerja Puskesmas Maga Kecamatan Lembah Sorik Marapi dengan jumlah penduduk 19.018 jiwa dengan wilayah kerja 9 Desa,Pada Tahun 2013 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 226 yang melaksanakan imunisasi TT1 sebanyak 42 (18,6%), yang melaksanakan TT2 sebanyak 31 (13,7%) dan pada tahun 2014 dengan jumlah ibu hamil sebanyak 210 yang melaksanakan imunisasi TT1 sebanyak 34 (16,2%),dan yang melaksanakan TT2 sebanyak 25 (11,9%). Keberhasilan program imunisasi masih terdapat kendala yang berpotensi menurunkan pencapaian imunisasi yang dapat mengakibatkan dalam peningkatan kasus/kejadian Luar Biasa (KLB) sampai wabah yang disebabkan oleh Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).Terdapat kasus Tetanus Neonatorum (TN) dibeberapa wilayah Indonesia, pada tahun 2013 terdapat 119 kasus tetanus neonatorum, sebanyak 83 kasus tetanus neonatorum dengan status imunisasinya tidak di imunisasi TT. Untuk tahun 2014 kasus Tetanus Neonatorum sebanyak 84 kasus, terdapat 54 kasus dengan status tidak di imunisasi. Untuk Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 3 kasus Tetanus Neonatorum dan pada tahun 2014 Provinsi Sumatera Utara terdapat 1 kasus. (Kemenkes RI, 2014).
Kabupaten Mandailing Natal pada tahun 2013 khususnya wilayah kerja Puskesmas Maga terdapat 1 kasus dengan status imunisasi tidak diiimunisasi, sedangkan pada tahun 2014 Kabupaten Mandailing Natal masih ditemukan 1 kasus terdapat diluar wilayah kerja Puskesmas Maga.
Upaya ekselerasi eliminasi Tetanus Neonatorum ditargetkan dapat menurunkan insiden Tetanus Neonatorum hingga kurang 1 per 1000 kelahiran hidup pertahun. Namun sampai sekarang kejadian Tetanus Neonatorum masih dijumpai dan tidak dapat teratasi. Walaupun program imunisasi TT sudah dilaksanakan, tetapi jangkauan imunisasi TT untuk ibu hamil diwilayah kerja Puskesmas Maga masih jauh dari harapan, disebabkan masih kurangya informasi mengenai manfaat dan pelaksanaan program imunisasi TT.
Faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi TT diwilayah kerja Puskesmas Maga adalah kurangnya kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas Maga serta rendahnya pengetahuan masyarakat pada imunisasi TT meskipun imunisasi itu dapat diperoleh secara gratis ditempat pelayanan kesehatan pemerintah. Dari uraian latar belakang diatas maka peneliti tertarik melaksanakan penelitian mengenai “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)”.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.